Senin, 03 Januari 2011

Body Language

Body Language :
Bahasa Bawah Sadar
sumber : klik disini untuk melihat artikel dari sumber asli
 
Seringkali kita merasa bahwa apa yang dikatakan oleh seseorang kepada kita tidak salah, tetapi kita merasa bahwa ada sesuatu yang kurang enak. Bila kita amati secara teliti apa yang telah ia sampaikan, tampaknya tidak ada yang aneh, tetapi toh ada sesuatu yang tidak pas. Kita terombang-ambing oleh perasaan yang tidak enak. Kita dilingkupi perasaan ragu. Kita merasa bhawa orang itu tidak mengatakan yang sebanarnya, dn kita merasa sepertinya sedang di tipu.

Pasda saat seseorang jatuh cinta, banyak ketidak pastian muncul,. Kerena itu orang yang jatuh cinta seringkali terlihat dalam keadaan ‘bengong’, banyak melamun, dan sering melakukan atau mengatakan yang tidak sinkron dengan tingkah lakunya. Ia sendiri merasa ada sesuatu yang tidak beres, sehingga membuatnya bingung.


-----Yang ‘Tersurat’ dan yang ‘Tersirat’-----


     Pada saat dua orang berdiskusi dan keduanya menggunakan proses berpkir systematic, mereka cenderung akan memusatkan diri pada apa yang sedang dibicarakan, dan tidak begitu waspada terhadap gerak tubuh masing-masing, sehingga ketika yang seorang memaksakan diri mengatakan sesuatu yang bertentanga dengan keyakinannya sendiri (saat membela diri), bahasa tubuhnya akan tidak sinkron dengan yang disampaikannya. Tubuh kita selalu melayani perasaan dan pikiran kita. Metabolisme dalam tubuh kita juga sangat berdedikasi pada pikiran dan perasaan kita. Itulah sebabnya ketika merasa takut nafas kita jadi tertahan, wajah kita menjadi memucat karena aliran darah ke muka berkurang. Ketika marah suara kita menggigil, tangan kita menggenggam dan mungkin badan kita menjadi gemetar. Prinsip ini digunakan oleh alat lie detector. Pada dasarnya ketika orang berbohong, metabolisme dalam tubuhnya akan tidak sama dengan ketika orang itu menjawab secara jujur. Perubahan-perubahan kecil yang tidak tertangkap oleh mata akan terdeteksi oleh lie detector.

     Tubuh memang melayani pikirin dan perasaan secara jujur. Ketika kita tidak jujur, kita bohong, tubuh kita tidak siap dan tetap menyampaikan ketidakjujuran kita. Mulut kita mengatakan “ya” tetapi kepala agak menggeleng, dan bukannya mengangguk. Mengapa demikian? Pikiran kita disusun bukan oleh kata-kata, melainkan oleh bayangan, baik yang berupa bayangan tentang bunyi, gambar ataupun perasaan. Oleh karena itu ketika kita berbicara, yang mengalir dalam proses pikirian kita bukan urutab huruf-huruf, tetapi gabungan antara gambar, adegan, bunyi, dan rasa. Huruf akan bersifat netral bila dicampur afuk semaunya. Makanya komputer boleh berbohong tanpa ketahuan, karena komputer memproses variasi digital: 101010101 dan seterusnya. Pikiran kita memproses gambar, adegan, bunyi, dan suara. Setiap variasi akan menghasilkan ‘pemahaman’ khusus, da setiap pemahaman khusus selalu mempengaruhi metabolisme tubuh kita.

     Ketika kita berbohong pikiran kita ‘mengingat’ yang sebenarnya, karena untuk melakukan kebohongan kita harus mengingat terlebih dahulu yang benar. Akibatnya tubuh kita bereaksi sesuai dengan yang benar. Bila kita habis makan roti dan ada orang bertanya: “Makan apa kamu?”, ketika kita mau berbohong yang terlintas dulu dalam pikiran kita adalah: “Aku makan roti, tetapi tidak akan aku beritahuan padanya”. Akibat proses kebohongan ini akan menyebabkan proses berpikir menjadi lain dibanding jika kita sekedar ingat: “Aku makan roti”, lalu kita mengangguk saja. Tentu saja bagi orang yang sering berbohong, tubuhnya lebih bisa menyesuaikan sehingga makin tidak kelihatan bohongnya.


Body Language dipancarkan oleh bawah sadar kita, dan ditangkap oleh bawah sadar mitra bicara.


     Bila mitra bicara tidak cermat, bawah sadarnya memberi sinyal kepada pikiran sadarnya bahwa ada sesuatu yang tidak sinkron, dan pikiran sadarnya jadi ragu serta bingung. Sejak kecil kita sudah terbiasa menegaskan pemikiran kita (termasuk di dalamnya perasaan kita) kepada dunia luar dengan menggunakan bahasa tubuh: dengan pancaran mata, dengan mimik muka, dengan gerakan tangan dan kaki, dengan perubahan nafas, keras lembut nada bicara, tinggi rendah suara dan sebagainya.

 
Ketika kita masih bayi, kita sama sekali tidak tahu arti kata-kata. Kita tidak tahu beda antara yang diucapkan ibu kita dengan bunyi kursi yang digeser. Keduanya suara yang menarik untuk didengar, tetapi tidak punya arti.  Bayi akan mengamati segalanya dan menyimpan pengamatannya sebagai referensi ingatan. Oleh karena itu ia akan mulai memahami gerakan ibu, suara ibu, nada bicara ibu dan sebagainya. Ia juga akan belajar untuk mengetahui bahwa bila ia menggerak-gerakkan tangan dan kakinya, ibu lebih cepat paham apa yang diinginkannya. Ia mengamaiti mimik wajah ibu ketika merasa elevi kepadanya, ketika marah, ketika sedih dan sebagainya. Ia akan mengkopi semua gerakan yang dilakukan oleh orang yang ada disekelilingnya, mulai dari ibu, ayah saudara, teman, bahkan para pemeran dalam acara televisi yang dilihatnya. Ia akan melakukan semua gerakan itu untuk menegaskan kata-katanya, karena perbendaharaan katanya masih belum lengkap dan susunan kalimatnya masih membingungkan orang lain. Lambat laun, “penegasan” gerak tubuh ini menyatu dengan  dirinya. Bahasa tubuh menjadi seperti bahasa lisan, tergantung dimana ia tumbuh, tetapi menjadi lebih universal karena tubuh manusia dan metabolismenya hampir sama bagi semua orang.

     Tentu saja sebagaimana layaknya bahasa, body language tidak ditafsirkan secara terpisah-pisah, melainkan ditafsirkan secara keseluruhan. Persis sama dengan bahasa tulisan, tidak ditafsirkan huruf perhuruf, tetapi perkata, dan bahkan perkalimat. Oleh karena itu dalam menafsirkan body language harus diambil kesimpulan secara keseluruhan. Selain lebih akurat, juga kita tidak mudah terkecoh oleh rekayasa lawan bicara kita.

      
Karena body language menunjukkan perasaan, kita juga dapat membalikkan, yaitu menciptakan perasaan dengan menggunakan body language. Orang yang melakukan persuasi harus memberikan body language yang mencerminkan kemantapan, keyakinan, dan dapat dipercaya. Ia juga harus mempelajari body language orang lain sehingga terampil, mempu mengelola timing: kapan boleh mulai memasukkan persuasi, dan kapan harus melakukan sinkronisasi terlebih dahulu, kapan prospeknya tertarik dan kapan prospeknya masih melakukan penolakan. 58% makna yang ditangkap oleh mitra bicara adalah dari bahasa tubuh yang disajikan kepadanya.

     Selanjutnya intonasi dalam berbicara mendukung 35% makna. Sedangkan kata-kata yang disampaikan hanya memberi makna sebesar 7%. Jangan takut seandainya anda bukan pencerita yang ulung dan sukar berbicara banyak. Makna maksud anda akan dihantarkan oleh body language anda dan intonasi bicara anda. Andaikan anda tidak fasih berbicara pun, kalau anda mengelola dengan baik bahasa tubuh dan intonasi bicara anda, 93% maksud anda tetap tersampaikan.


sumber : klik disini untuk melihat artikel dari sumber asli

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.