Selasa, 21 Januari 2014

Bagaimana Caranya Move On

Sobat mungkin sering denger apa itu MOVE ON... ada yang bilang "lupakan saja" berusaha melupakan perkara buruk yang pernah terjadi, sementara itu gak mungkin (namanya otak itu berfungsi untuk mengingat, bukan melupakan) ada yang bilang mengampuni, memaafkan kesalahan yang terjadi... tapi jika terulang kembali, tetep aja kesel (katanya udah ngampunin?) koq kesel, kadang malah ngungkit yang sudah berlalu.

...Ada juga yang bilang bahwa move on itu ganti yg lain (biasanya kasus-kasus hubungan romansa) "udah cari aja yang lain" sementara, selama kita masih melakukan kesalahan yang sama... walau pun dengan orang yang berbeda, tetep aja itu namanya bukan move on! Lalu Move on itu apa?


Move on itu terdiri dari 2 kata, MOVE (bergerak) dan ON (untuk, pada, atas)

Dari dua terjemahan move on itu sama sekali gak mendefinisikan apa yang kita bicarakan di paragraf pertama ya?

MOVE ON itu "bergerak untuk..." memang rancu kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, tapi definisinya jelas koq. Move on itu bergerak melakukan sesuatu...

Jika ditujukan pada pengertian pertama di paragraf pertama, melupakan. Rasanya gak mungkin banget kita bergerak untuk melupakan! Tapi itu bukan berarti salah lho, kebanyakan orang berasumsi sendiri... sehingga gak mengerti esensi yang ingin disampaikan sesamanya. Jika kita mengerti artinya secara harafiah, bergerak untuk melupakan itu sama sekali gak mungkin! Secara otak itu fungsinya menyimpan informasi, menyimpan pengalaman apa pun yang pernah kita lalui... kalau pun harus, amnesia bukan jawaban, apalagi bunuh diri... itu sama sekali gak menjadi solusi terhadap perkara.
MOVE ON BUKAN MELUPAKAN, setuju ya?
Pesan bijak untuk yang pertama itu, ada benernya... tapi bukan berarti gak ada yang keliru. Pengertiannya, semakin banyak kita bergerak (misal diputusin pacar) secara positif, ada baiknya kita bergerak untuk mengerjakan hal prioritas di dalam hidup kita, bergerak untuk mencari penggantinya, perlahan seiring waktu berlalu... justru kita seolah melupakan bahwa kita pernah diputusin, FOKUS kita jadi ngeblur terhadap pengalaman yang sudah berlalu... itu pun kalau mau menikmati 'saat ini' menikmati pengalaman hidup kita seiring waktu berjalan.

Jika ditujukan pada pengertian kedua "memaafkan" ya lagi-lagi, ada benernya. Tapi ada hal yang perlu kita pahami sebelum kita mampu memaafkan... yakni SABAR. Ngasih pinjem duit sekali, its oke, masih bisa move on. Ngasih pinjem duit ke dua kalinya, mulai nyesek. Apalagi yang ke tiga kali dan seterusnya... gimana caranya ngampunin kalau pihak ke dua selalu berbuat kesalahan!
MOVE ON BUKAN TOLERANSI
Memaafkan itu bukan bentuk kesabaran. Ketika ditipu pertama kali, kita sudah mendapatkan pelajaran untuk mengenal seseorang...

Saat kita ditipu ke dua kali, kita mendapatkan pelajaran untuk menerima kekurangan seseorang. Sesabar apa pun diri kita, ada titik di mana kita tidak bisa menerima kesalahan seseorang... umumnya 1 kali kesalahan sudah cukup menjengkelkan.

Bagaimana pun juga kita gak bisa menerima seseorang yang merugikan diri kita. Kalau gitu, itu toleransi itu bukan sabar... setuju ya?
MOVE ON BUKAN MENUNGGU
Saat kita ngasih pinjem ke tiga kali sampai seterusnya, akan ada titik di mana kita belajar untuk berusaha menerima kenyataan... bahwa manusia, termasuk diri kita sendiri adalah EGOIS.

Mau ditunggu sampai kapan pun, watak seseorang itu gak bisa diubah. Kalau hanya sekali atau dua kali sih gak masalah, selama masih dalam batasan toleransi penerimaan... ya?

Kalau terus-terusan, apa sanggup... ? Mau nunggu sampai kapan... ?

MOVE ON ITU SIKAP

Seperti yang tadi sudah disepakati, mengampuni tidak bicara mengenai seberapa besar toleransi yang kita miliki, bukan juga menunggu... 2 hal itu bukan sikap, dengan memberi ijin seseorang untuk menyakiti hati kita itu sama aja dengan pasrah.

Sekarang, bayangkan dari sudut pandang si peminjam (anggap saja kita pinjam) biasanya minjem duit itu terjadi karena punya kebutuhan yang harus dibayarkan, kondisi kepepet harus bayar sesuatu tapi gak tau harus berbuat apa.

Secara akal sehat, ada kesadaran di mana kita berusaha lebih bijak mengelola keuangan, mau berusaha lebih baik untuk menutupi kebutuhan finansial dengan bekerja, hingga tak perlu bermanja-manja untuk meminjam uang orang lain... berusaha melawan ego... bukan kah itu PILIHAN? Adanya juga di diri sendiri.

Kembali ke sudut pandang kita sebagai orang yang meminjamkan, mungkin kan menegur? Misal kita menegur "Oke kali ini minjem gpp, asal alasannya jelas dan gak diulangi lagi ya" tanpa harus berharap dia memilih untuk berubah atau enggak... (gak perlu nunggu)

Namun kenyataannya, ada aja orang yang terus-terusan meminjam uang tanpa pikir panjang (seolah dia memiliki kita) gak bisa mengontrol egonya, gak mau berubah jadi lebih baik.

Mulai nangkep ya?

Tadi saya sempet munculin pengertian SABAR itu hal yang perlu kita mengerti sebelum move on. Nah sekarang saya jelasin maksudnya menyampaikan seperti itu.

SABAR itu bukan toleransi, bukan menunggu seseorang untuk berubah, tapi MENERIMA KENYATAAN SECARA TOTAL.

Seperti yang saya sampaikan di atas, pertama kali seseorang berbuat hal yang kurang menyenangkan itu kita akan belajar untuk mengenal seseorang, kedua kali sampai beberapa kali kita akan belajar mengenai kekurangan seseorang, ketiga kali dan seterusnya kita akan melihat watak seseorang.

MOVE ON ADALAH PENERIMAAN TOTAL

Ada yang bilang move on gampang?

Baru diputusin, langsung ganti pasangan baru, putus-ganti-putus-ganti... sebut itu move on?

Kalau masih melakukan kesalahan yang sama untuk memicu putus hubungan, itu sih namanya belum move on...

Ada yang bilang move on itu penderitaan... ya ada benernya, tapi bukan berarti harus kaya sinetron... pasrah begitu saja saat dirugikan.

Dibohongin sekali, maafin... ke dua kali, maafin... ke tiga kali sampai seterusnya dibohongin, mulai berpikir untuk menyesal? ...itu sih namanya gak dewasa, udah memilih... parah-parahnya udah membuat keputusan untuk berumah tangga, mau mikir untuk bubar?

Ada yang bilang move on itu harus berani menyikapi gesekan... yup! Bener...

Gak suka diperlakukan buruk, ada baiknya kita jujur... ketimbang ditutup-tutupin seolah ga ada masalah. Kalau kompromi gak jadi solusi, ada baiknya gak perlu menyikapi perkaranya...

Toh (misal perkara minjem duit) itu bukan masalah kita, melainkan keteledoran ego orang lain, kita berhak untuk tidak mengijinkan seseorang untuk terus menyakiti perasaan kita dengan tegas untuk tidak memberikan pinjaman.

Kalau itu watak pacar kita, teman kita sendiri, kita masih bisa menghindar (paling gampang, ga usah ketemu lagi... cukup tau aja) Namun, bagaimana jika orang itu ada di lingkaran terdekat kita, mungkin orang tua kita sendiri, mungkin saudara kita sendiri, sahabat, pasangan kita, atau anak kita?

Jika ingin hidup kita MOVE ON atau BERGERAK UNTUK jadi lebih baik, kita perlu mengambil sikap... miliki peran untuk tidak membiarkan hal-hal bodoh terjadi lagi, kita punya mulut yang bisa kita gunakan, bisa memberikan contoh yang baik untuk mencegah hal itu terjadi lagi (misal, mencarikan pekerjaan, berbagi ilmu untuk digunakan dalam mencari nafkah, dll) walau pun harus melalui gesekan di dalam hubungan.

Tidak ada satu hal pun di dunia ini yang terjadi tanpa sebab, karena kenyataan hidup ini bukan bicara tentang siapa yang salah dan siapa yang benar... melainkan, sebab dan akibat (yang kita lihat hanya dampak, bukan sebab) untuk kasus minjem duit, tadi sudah liat contohnya kalau kita lihat dari sudut pandang si peminjam... itu keteledoran kita terhadap ego, mungkin malas, mungkin karena terjerumus dalam judi, dari situ juga kita bisa belajar... kenapa bisa sampai pinjem duit.

Ada pelajaran diluar apa yang kita lihat oleh mata, diluar apa yang kita dengar telinga kita, yakni pengalaman hidup... hanya bisa kita imani, bukan kita ubah (yang sudah terjadi, gak bisa diubah) tapi bukan berarti gak bisa kita cegah.


Silakan share jika artikel ini dirasa bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.