Senin, 05 Agustus 2013

DINAMIKA SOSIAL : BELAJAR dari PENGALAMAN (Part 2)

Dalam persahabatan dan romansa, terkadang kita tak tau kapan cinta akan datang dan kita akan menyadari bahwa cinta itu ada setelah sebuah HUBUNGAN berakhir karena lelahnya cinta yang bertepuk sebelah tangan. Terkadang kita tidak menyadari betapa pentingnya hubungan sosial dan tanpa pengetahuan dasar tentang bersosialisasi kita juga terkadang melakukan kesalahan yang sederhana LAGI dan LAGI, bahkan kita menyakiti orang-orang yang kita sayangi...

Saya cukup interesting untuk menguak akar dari permasalahan yang kita hadapi. Nah, artikel ini akan membahas sedikit tipe perilaku dalam sebuah hubungan sosial. Penasaran? Just check it out guys.

3. Lain di mulut Lain di hati VS Percaya Diri

Terkadang kita ingin tapi kita ragu, dilema rasanya ketika kita sudah terlanjur masuk ke dalam sebuah hubungan dan TAKUT rasanya jika harus melukai perasaan orang lain karena kebenarannya kita tidak menyukai apa yang kita kerjakan. Ini tanda bahwa anda kurang bersyukur dengan diri kita sendiri, kehidupan kita sendiri.


Kenapa bisa terjadi seperti ini? Terkadang kita tidak menyadari bahwa kita hanya terkagum, kita tidak menyadari bahwa kita hanya tergoda dan terbawa rayuan emosi sesaat ketika menghadapi hal-hal yang baru bagi kita. Kita bergumul, "haruskah aku melepaskan peluang ini?", "kenapa hidup ini terasa tidak adil?", "sebetulnya apa tujuan hidupku?" dan tanpa disadari kita jadi sering melamun, terdiam tanpa arah yang jelas dan hanya berjalan ditempat. Lupa diri sesaat seperti ini terjadi karena kita yang kurang mengerti apa yang sebetulnya kita inginkan dan kurang mensyukuri kehidupan yang sedang kita jalani. Terlarut dalam manisnya dunia dan melupakan betapa pentingnya sebuah PERCAYA DIRI.

Feedback Negatif : Mungkin anda yang jarang bergaul akan menghadapi tantangan-tantangan baru dalam pergaulan, seperti mencoba tempat untuk mengisi waktu luang yang baru, komunitas baru, teman baru. Saat itu juga kita bergumul dengan tawaran yang mereka berikan, kita rasakan pergumulan "ikut jangan yah?", "coba gak yah?", TANPA TAU konsekuensi dari pilihan yang akan kita buat. Hingga kita cenderung menjawab dengan jawaban yang positif "saya ikut!" (tapi ragu). Ketika merasa KECEWA, kita hanya bisa menyalahi orang lain atas hal buruk yang terjadi pada diri kita sendiri. Pada akhirnya, kita masih menjawab "ya, saya ikut!" (tapi ragu) kembali merasakan hal buruk lagi dan lagi. Menurut saya tak ada salahnya jika kita siap bertanggung jawab atas pilihan yang kita buat, namun ternyata masih banyak orang yang menyalah artikan bahwa takut KECEWA tersebut adalah rasa PESIMIS. - secara tak sadar kita akan mengulangi antusiasme bodoh yang melibatkan diri kita dalam pengaruh lingkungan yang buruk ( PICIK, belum MOVE-ON )

Solusi : Belajar untuk mengerti apa yang kita butuhkan, apa yang kita inginkan, jangan sampai kita membuang dan melupakan harganya PERCAYA DIRI. Lawan rasa MALAS yang ada dalam diri kita untuk membuka wawasan dengan banyak membaca buku-buku yang sehubungan dengan kegiatan yang berkaitan dengan hal yang baru saja kita alami, atau forum di mana kita mendapatkan banyak pendapat orang-orang mengenai kegiatan yang baru saja kita ikuti untuk mendapatkan hikmah positifnya dan memaklumi memang begitu adanya.

Belajar untuk bersyukur : Hal baru yang baru saja terjadi, baru saja kita alami, mungkin belum tentu baik bagi diri kita sendiri atau kehidupan kita sendiri. Walau pun hal baru itu menyenangkan, tapi tidak semua hal yang menyenangkan itu baik bagi diri kita. Mungkin anda yang masih belum berpenghasilan, merasa diri tidak tampan / tidak cantik, merasa rendah diri masih sulit memahami apa itu percaya diri hanya karena MALAS untuk mengembangkan wawasan yang diperlukan. Mungkin arti sebuah PERCAYA DIRI akan anda rasakan setelah mengalami gagal secara berulang sampai anda menyadari bahwa antusiasme anda hanya lah EMOSI (berharap lebih) sesaat yang sebetulnya tak perlu anda pikirkan terlalu dalam...

Untuk renungan : Ketika anda kecewa karena menginginkan sesuatu yang sebetulnya tak kita inginkan (emosi sesaat), apakah anda akan menyalahkan orang-orang yang mengajak anda?

Jika anda diposisi korban : Tak perlu anda memaksakan kehendak orang yang ragu-ragu dan biarkan dia berpikir kembali atas pilihan yang dia buat dan TEGAS bahwa setiap keinginan itu memang ada RESIKO. Semakin anda percaya, semakin anda akan terluka dengan harapan anda sendiri.

4. Sombong VS Rendah Hati

Terkadang kita MERASA lebih bisa, lebih baik hanya karena tidak menyukai seseorang, atau kita bagikan seluruh kemampuan kita hanya untuk mendapatkan perhatian dari seseorang? Apakah kita orang seperti itu?


Kenapa bisa terjadi? Terkadang kita tidak menyadari bahwa kita adalah manusia yang tidak SELALU sempurna. Saat kita menghadapi hinaan, cacian atau kritikan kita cenderung emosi kita tidak langsung menerima hal-hal tersebut secara positif. Kebanyakan dari kita cenderung lupa diri terbawa emosi untuk melawan hinaan, cacian atau kritikan tersebut dengan menampilkan apa yang menurut kita lebih baik darinya dan melupakan betapa berharganya sebuah KERENDAHAN HATI.

Feedback negatif : Mungkin kita hanya akan terus-terusan mencari tau tentang orang yang kita benci terus-terusan sampai kita merasa bahwa kita lebih baik ( IRI HATI ). Haruskah kita lakukan itu semua hanya karena orang lain lebih baik? Jika begitu, sudah JELAS kita tidak lebih baik dari orang-orang yang mungkin secara kemampuan tidak lebih baik dari kita. Umumnya kita masih mengungkit kembali keburukan yang terlah terjadi atas hinaan, cacian dan kritikan yang kita hadapi - secara tak sadar kita hanya akan menganggap orang-orang yang tak lebih baik dari kita adalah orang-orang yang tidak bisa diandalkan, merasa diri paling bisa melakukannya dan melupakan betapa berharganya sebuah KERENDAHAN HATI ( belum MOVE-ON )

Solusi : Belajar untuk mengerti apa yang kita butuhkan, apa yang kita inginkan, jangan sampai kita membuang dan melupakan harganya KERENDAHAN HATI. Cukup tau bahwa manusia itu memang egois, manusia hanya melihat apa yang baik dari kita yang bisa mereka manfaatkan. Jika hal-hal tersebut tidak ada artinya, manusia hanya bisa berbusa, mengkritik, menghina dan selalu punya hal negatif yang ingin diucapkan. Memang tekanan seperti itu selalu muncul dalam keseharian kita, namun selalu berusaha rendah hati dan tidak terbawa emosi untuk melakukan hal bodoh di mana selalu ada konsekuensi atas apa yang kita perbuat.

Belajar bersyukur : Hinaan, cacian, kritikan bukan lah hal yang serius, terkadang memiliki inputan yang memiliki manfaat yang berarti untuk diri kita sendiri atau untuk kehidupan kita. Jika kita sadari, hal tersebut tidak mengubah apa pun yang terjadi pada diri kita, tidak mengubah kehidupan kita karena yang mengubah kehidupan kita itu adalah apa yang kita perbuat. Jadi, untuk apa juga kita membuang waktu kita untuk hal yang tidak ada hasilnya? Tidak perlu terpancing dengan orang lain yang iri dengan progres yang kita lakukan.

Untuk renungan : Ketika kita kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidup kita hanya karena kesombongan kita sendiri, apakah kita harus menyalahkan orang-orang yang pernah menghina, mencaci atau mengkritik kita?

Jika anda diposisi korban : Cukup menjadi pendengar yang baik dan PILIHAN anda sendiri untuk MOVE-ON dari kesombongannya dan masih bertahan untuk berusaha menerima kembali SI SOMBONG atau TEGAS dengan kehidupan anda sendiri untuk tidak memberikan toleransi untuk mendengarkan lebih jauh kesombongannya.



Bersambung...

Akan saya lanjutkan untuk tipe-tipe lain dalam fenomena sosial yang ada dikehidupan kita. Saya terbuka dan senang sekali dengan adanya kritik dan saran dari anda...

Semoga artikel saya dapat bermanfaat bagi kehidupan anda.


My Best Regards,


Martinus Kevin Kamawijaya



Artikel lain :
- There's NO ordinary Life
- Kekhawatiran Menguras WAKTU Kita ?
- Sekedar Nostalgia dengan ESENSI bermain game RPG
- Glossy or Loosy
- Big Boss Never Sleep

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.